Kau telah meninggalkan jejak terbaik pada lorong hatiku. Tapak-tapak kenangan yang bahkan tak dapat terhapus oleh doa sekalipun.
Tahukah kau, betapa susahnya menemukan jalan menuju hatimu? Sudah kulewati puluhan kelokan harapan, terjalnya rindu, hingga jurang perbedaan yang sering membuatku tergelincir dan mengaduh kesakitan. Belum lagi kerikil tajam yang melukai kaki-kaki asaku. Ternyata semua berujung pada jalan buntu.
Aku tak mau menyebut perjuangan ini kesia-siaan. Tidak sekali pun. Walau kini hatiku hanyalah jelaga, dan kenangan serupa sarang laba-laba pada sudut-sudutnya. Namun itulah prakarya terbaik yang pernah kita cipta.
Kini aku mencoba menundukkah harapan yang sedang tengadah memandangmu. Kubilang pada harapan agar ia berhenti mengepakkan sayapnya. Jiwa perlu rebah untuk sekadar beristirahat dari perjuangan yang sangat.
Lalu kupotong-potong kenangan menjadi serpihan kecil, serupa confetti. Kularungkan dengan tabah, agar sang bayu meniupnya, dan akhirnya lesap ditelan masa.
Selepas pergimu, rindu hanya serupa sendawa jangkrik pada malam yang lengang. Sekeras apa memekik, mungkin hanya Tuhan yang menghiraukan.
P.S. : Pastikan kau baik saja, tanpaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar