Kamis, 22 September 2011

......................... ~ EVEN ITS HURT

Angin menciumiku setiap pagi, membawa pesan yang sama dari mu.Rindukan aku.
… Kamu adalah aku yang dikalahkan cinta.
Aku pernah

Merasakan ribuan tabung gas meledak didada, saat melihat bibirmu bersujud di wajahnya.
Dan aku disini, menahan tangki air mata yang segera jatuh ke permukaan dunia nyata.
Angin senja pun tau, aku hanya pura-pura turut berbahagia.

Jangan dulu kau pinta padaku sebilah doa, karena aku belum sanggup melakukannya.
Jangan pula kau minta aku sajikan senyum terindah, selama jemarimu mengikat pada telapaknya.

*

Aku pernah

Berbisik cinta, sebelum kamu bersamanya...


*******
Aku punya cerita.
Kali ini tentang : Menunggu...

Kalian pernah tau rasanya terjaga hingga menjadi saksi, dari lahirnya matahari?
Bermata terbuka ditemani keringat yang tidak menetes itu cukup mengganggu, setidaknya hari ini.

Aku merasakan sunyi paling bising dengan pipi yang basah.
Menatap kotak berisi gambar bergerak, tidak dengan maksud atau seperti kehilangan alasan untuk tidak beranjak. 
Tapi tidak satupun dari apa yang mereka bicarakan atau lakukan didalam televisi itu aku pahami, aku hanya ingin
memastikan, aku punya kegiatan.

Bermata kosong dengan harapan tidak kesepian. 
Ternyata sepi itu terlalu gaduh, aku menunggu sesuatu yang belum juga tiba. Menjaga tempat yang dia tinggalkan, dengan harapan dia cepat pulang. 

Ada suara detik, yang tidak pernah berhenti. 
Aku telah mengumpulkankannya menjadi musim hujan yang belum juga datang.
Aku percaya, Tuhan telah mengutus salah satu utusan yang tidak pernah mampu manusia lawan, waktu.
Dan aku telah menjadi pecundang-NYA yang paling konyol, saat memposisikan diri sebagai penantang.

Inilah hasil dari kekalahan tertotol, emosi yang tidak lagi mampu aku kontrol.
Sekarang aku menunggu diam dibalik pintu.

Ramai belum juga mau datang, televisi ini juga masih menyala, suaranya numpang lewat diterima. 
Tapi samar-samar aku mendengar kayu terketuk.

"Siapa?" tanyaku tanpa menoleh pada pintu dibelakang kepala.
"Aku mengantarkan surat" sahut suara didepan.

Aku buka pintu dan menabuhkan tanda tangan pada secarik kertas sebelum surat beramplop putih sampai pada ke-lima jemari. Pria bertopi dengan jaket biru tua itu sempat bilang "Maklum birokrasi. Bisa minta lagi parafnya disini? Hanya untuk tanda bukti suratnya sudah sampai". Aku tidak membalasnya dengan kata, hanya melakukan apa yang dia perintahkan.

Sekarang aku kembali duduk diposisi semula, dengan amplop yang aku buka dengan hati-hati. 
Secarik kertas tanpa garis dihiasi beberapa kata.


"Jika aku belum juga pulang, mungkin waktunya kamu untuk berdiri, keluar dan mencari aku, atau mungkin kita tidak akan pernah lagi bertemu. Tertanda, Hati-mu"



Aku meraba lubang dibalik dadaku, kosong...


********
 
 
 

Minggu, 04 September 2011

ini PENTING, BACALAH!

Kau telah meninggalkan jejak terbaik pada lorong hatiku. Tapak-tapak kenangan yang bahkan tak dapat terhapus oleh doa sekalipun.

Tahukah kau, betapa susahnya menemukan jalan menuju hatimu? Sudah kulewati puluhan kelokan harapan, terjalnya rindu, hingga jurang perbedaan yang sering membuatku tergelincir dan mengaduh kesakitan. Belum lagi kerikil tajam yang melukai kaki-kaki asaku. Ternyata semua berujung pada jalan buntu. 

Aku tak mau menyebut perjuangan ini kesia-siaan. Tidak sekali pun. Walau kini hatiku hanyalah jelaga, dan kenangan serupa sarang laba-laba pada sudut-sudutnya. Namun itulah prakarya terbaik yang pernah kita cipta.

Kini aku mencoba menundukkah harapan yang sedang tengadah memandangmu. Kubilang pada harapan agar ia berhenti mengepakkan sayapnya. Jiwa perlu rebah untuk sekadar beristirahat dari perjuangan yang sangat.
Lalu kupotong-potong kenangan menjadi serpihan kecil, serupa confetti. Kularungkan dengan tabah, agar sang bayu meniupnya, dan akhirnya lesap ditelan masa.

Selepas pergimu, rindu hanya serupa sendawa jangkrik pada malam yang lengang. Sekeras apa memekik, mungkin hanya Tuhan yang menghiraukan.


P.S. : Pastikan kau baik saja, tanpaku.

ketidakwarasanku..

Ketidakwarasan Padaku - Sheila on 7
Ketidakwarasan padaku
Membuat bayangmu s’lalu ada
Menentramkan malamku
Mendamaikan tidurku

Ketidakwarasan padaku
Membuat hidupku lebih tenang
Aku tak kan sadari
Bahwa kau tak lagi di sini

Aku mulai nyaman
Berbicara pada dinding kamar
Aku tak kan tenang
Saat sehatku datang

Ketidakwarasan padaku
Selimut tebal hati rapuhku
Berkah atau kutukan
Namamu yang kusebut

Aku mulai nyaman
Berbicara pada dinding kamar
Aku tak kan tenang
Saat sehatku datang

Suara hati tak kan mati
Jika jiwa terus menari dan bermimpi
Aku tak pernah ingat hari, tanggal, dan detik saat kau pergi. Tak mau mengingat, lebih tepatnya. Satu-satunya hal yang aku tahu, tetiba separuh hatiku kebas. Seperti ada yang mencabut jantungku dengan paksa, sementara aku tak mampu menahannya. Seperti ada palu yang meremukkan sendi-sendiku, namun tak mampu kuteriakkan rasa ngilunya. Kenyataan menamparku begitu hebat, hingga aku menggelepar tak sadar. Bukan, bukan aku tak merasa perih. Namun pernahkah kau rasakan sakit yang terlalu hingga kau kebal akan rasa sakit itu? Begitulah.
Mimpi terasa lebih panjang dibanding malam, dan pagi adalah siksaan. Padahal sebelum pergimu, matahari adalah tempatku menggantungkan harap. Kini, silaunya serupa api yang menjilat-jilat lukaku. Seluruh jiwaku nyaris melepuh. Aku lumpuh.
Tak mampu membebat luka yang terlanjur menganga membuat tubuhku remuk. Jangan kau tanya bagaimana otak dan hatiku, mereka sudah tak berfungsi dengan baik. Belum lagi jemari, nadi, hingga ginjalku; semua berwarna biru, serupa luka lebam bercorak namamu.
Entah berapa purnama kulewati hanya ditemani kenangan tentangmu. Toh nyatanya, bertemu banyak orang tak mampu mengobati rasa kehilangan. Justru kulihat bias wajahmu pada rasa kasihan mereka terhadapku. Bahkan tiap tempat yang kulalui, seolah menghadirkan adegan-adegan yang pernah aku dan kamu rekam bersama.
Kau tahu sayang, hanya dinding kamar yang paling sanggup menjadi pendengar yang setia saat kau rasa tak lagi punya orang yang kau cinta. Aku bebas menceritakan rasa sakitku padanya. Sekeras apa pekik tangis, tak pernah ia tanggapi dengan sinis. Ini caraku untuk sedikit melupakan rasa kehilanganku, namun bukan melupakanmu. Kebiasaan yang menghantarku pada cibiran orang di sekelilingku. Mungkin mereka yang menertawakan keadaanku belum pernah merasakan kehilangan yang sangat.
Lama kelamaan aku terbiasa menikmati sendiriku, berteman bayangmu. Tertawa-menangis-memaki-merenung-menyesal-muntah-sekarat. Begitu saja, berulang-ulang, setiap detiknya. Entah sampai kapan.

kumpulan tentang rasa, aku kepada kamu..

~ “Lihat, jantungku berdarah. Semalam telah kukerat seluruh rindu yang masih tersisa pada liangnya, untuk kujejalkan ke jantungmu! Sakit? Itulah rasanya merindumu… (Tanpa pernah kau tahu). Kini kau memiutangi aku.”

"Jikapun aku masih mencintaimu, biar kulakukan semua dalam diam. Tanpa perlu kau tahu aku kesakitan."

 

"Ciuman yang terburu-buru, pelukan yang tak pernah penuh. Hatiku selalu utuh, sedang kamu: separuh."

 

~ Barangkali hatiku hanyalah asbak. Tempatmu membuang tiap puntung amarah, ragu, dan cemburu. Kunikmati jelaga yang kau beri dengan tabah, hingga kau sadar, cintaku tak mungkin terbayar.

"Pernah kuletakkan kau sedekat jantungku. Kupikir agar degup kita seirama. Ternyata aku salah. Kau, sosok yang kupuja, yang paling mampu mengoyaknya."

 

Hati kita pernah sama-sama rusak. Pernah retak, bahkan pecah hingga terserak. Kau dengan gurat lukamu, aku dengan semburat perihku. Kita sepasang pelupuk penakar airmata yang sedang mencari pembebatnya.
Seharusnya, kau dan aku bisa saling menjadi obat. Kita telah sama-sama tahu bahwa menimbun sayat tak kan membuat sehat. Tapi mengapa kita justru saling menebar sengat? Tak cukupkah lebam yang masih belum hilang benar birunya? Haruskah kau tambahkan airmata agar semakin semarak warna lukanya?
Aku hanya ingin duduk berdua. Berbicara tanpa kernyit di dahi, tanpa sakit di hati, tanpa lidah yang memaki. Tak lelahkah kau akan pertengkaran yang berujung pada saling diam? Bukankah cinta itu tentang perihal saling memahami dan membuka diri? Egoku telah berlutut di hadapanmu. Maka bisakah kau sedikit meredam amarah, menghilangkan cemburu, dan mencoba menaruh percaya padaku? Lalu peluk aku sebentar saja, hingga berhenti isak tangisku, hingga aku tenggelam dalam tenang.

Mereka pikir aku baik saja. Mereka hanya tak tahu, aku pandai menyembunyikan luka. Saat riasan ini terhapus airmata, entah berapa banyak pesakitan telah tertoreh di sana.

"Ada baiknya Tuhan menampar aku saja, jika itu satu-satunya cara terbaik untuk melupakanmu."

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

pagi itu, kamu..

Pagi adalah di saat mimpi atau kenyataan tak lagi penting, yang penting ada kamu.

Pagi adalah ketika aku berpikir bahkan mimpi paling indah pun tak ada apa-apanya jika aku melihat kamu tersenyum hari ini.

Pagi adalah ketika aku memulai berdoa lagi melihat kamu tersenyum hari ini.

Pagi adalah ketika aku menebak-nebak baju apa yang akan aku pakai agar nanti bisa terlihat serasi denganmu.

Pagi adalah menebak-nebak untuk berangkat jam berapa yang sesuai agar aku dan kamu berpapasan di jalan.

Pagi adalah semangat baru, membayangkan akan bertemu kamu yang tersenyum, meskipun bukan padaku.

Pagi adalah mencari-cari. Mencari kabar terbaru tentangmu.

Pagi adalah ketika matahari tersipu malu melihat kamu tersenyum. Dia menganggap dirinya jantan, dan kamu matahari betina.

Pagi adalah mengkhayal kamu adalah sisipan alunan dalam senandung harva malaikat pagi.

Pagi adalah mengkhayal lagi, mengkhayal kamu adalah malaikat pagi itu sendiri.

Pagi adalah ketika aku mengabaikan pesan dokter. Katanya, sarapan itu sehat, aku malah sarapan memikirikan kamu.

Pagi adalah ketika logikaku berkata ‘Kamu cuma kegeeran.’ dipatahkan oleh perasaan yg berkata ‘Bukan, kamu jatuh cinta.’

Pagi adalah deg-degan membuka SMS di handphone, berharap itu dari kamu. Dan kecewa ketika tahu itu cuma promosi dari provider.

Pagi adalah… Saat aku rindu kamu.

hanya , kamu .. aku

 

 

Aku Hanya Mau Kamu. Salah?

Aku tak tau. Seakan memori ini terlalu berharga untuk diletakkan begitu saja, dalam kotak kenangan. Menjadi kotak Pandora yang tak boleh dibuka, tapi pasti senantiasa rasa penasaran terus menghantui dan ingin kubuka setiap saat.

Kata orang, ada garis tipis, sangat tipis, antara tulus dan bodoh. Entahlah, aku mungkin berada di tengahnya. Di garis sangat tipis, hanya saja aku tak tau mana yang di bawah, tulus atau bodoh. Sehingga jika pada akhirnya gravitasi cintamu membuat tempat kuberpijak tak mampu lagi menahan, aku akan jatuh ke lubang ketulusan yang gelap tak berujung, atau kubangan kebodohan yang menggelitik nadi dan memutus semua logika.

Aku hanya mau kamu. Salah? Tolong beri aku alasan. Aku tak tahan lagi diterjang jarum detik tanpamu. Jarum yang bahkan malaikat pun tak bisa hentikan. Tanpamu terlalu sakit rasanya.

Aku sudah mencintaimu tanpa hati. Hampir seluruhnya kau bawa pergi, dan sisanya aku makan sendiri.
Sakit, tak apa kau menyakitiku. Seperti apa yang pernah aku katakan. Tak apa aku disakiti, sebagaimanapun. Daripada aku menyakiti, karena menyakiti rasanya lebih menyakitkan, melihat orang yang dikasihi kesakitan. Biarkan aku duduk di persimpangan jalan sepi ini.

Tak ada petunjuk arah ke mana kamu pergi. Aku hanya ingin kembali.


Senin, 18 Juli 2011

JESSIE J








Who You Are

I stare at my reflection in the mirror...

Why am I doing this to myself?
Losing my mind on a tiny error,
I nearly left the real me on the shelf ...
"no,no, no, no..."

To lose it all in the blur of the start!

Seeing is deceiving, dreaming is believing,
It's okay not to be okay...
Sometimes it's hard, to follow your heart.
Tears don't mean you're losing, everybody's bruising,
Just be true to who you are!
(who you are)x11

Brushing my hair, do I look perfect?

I forgot what to do to fit the mold , yeah!
The more I try the less is working yeah yeah yeah
'Cause everything aside me screams, "no,no,no,no..."

To lose it all in the blur of the start!

Seeing is deceiving, dreaming is believing,

It's okay not to be okay...

Sometimes it's hard, to follow your heart.
But tears don't mean you're losing, everybody's bruising,
There's nothing wrong with who you are!

Yes ????? , he goes, fake shows

Like "wow", just go, and leave me alone!
Real talk, real life, good love, goodnight,
With a smile ...
That's my own ! (that is my own) "no,no,no,no..."

To lose it all in the blur of the start!

Seeing is deceiving, dreaming is believing,
It's okay not to be okay...
Sometimes it's hard, to follow your heart.
Tears don't mean you're losing, everybody's bruising,
Just be true to who you are!
yeah yeah yeah